Jumat, 15 Januari 2010

HATI-HATI BERPIKIR POSITIF

Dalam kehidupan modern yang progresif kita selalu dianjurkan untuk mengontrol dan mengendalikan ketakutan atau pikiran negatif lain yang kita alami. Pikiran negatif itu bisaanya dianjurkan agar dilawan dengan berbagai trik sikap mental dan dan cara berfikir yang positif yang justru berpotensi menimbulkan konflik batin. Sebab tanpa kita sadari, energi apapun yang ditekan atau tidak diakui akan balik menekan sebesar kekuatan kita menekannya. Pikiran negatif berupa ketakutan dan kekhawatiran untuk beberapa saat sepertinya teratasi, namun sebetulnya sama sekali tak lenyap. Ia hanya akan mengendap di dalam bawah sadar. Jadi, ketika pikiran positif terkulai lemah, perasaan negatif itu akan muncul lagi.

Orang yang salah dalam menerapkan metode ini cenderung mudah terserang stress, depresi, dan SDD (Spiritual Deficit Disorder). SDD terjadi ketika misalnya seseorang terobsesi untuk menjadi orang yang lebih baik tetapi malah disconnected dengan perasaannya yang sering ia tekan. Sementara keinginannya untuk sukses mendorongnya untuk selalu berpikir positif, walupun perasaan hatinya tidak nyaman, tidak enak, tidak percaya diri, dan sebagainya. Perasaan tersebut tidak diindahkan, dan ia terus menerus berusaha untuk berpikir positif. Tentu saja, yang ia peroleh adalah stres karena merasa sudah berusaha berpikir positif tapi sukses tak kunjung bisa diraihnya.

Kalaupun akhirnya bisa mencapai yang diinginkan, ia tidak bisa menikmati proses kehidupannya dengan tenang. Hidupnya menjadi tidak seimbang. Ini menjelaskan mengapa ada pengusaha yang hidupnya berlimpah harta tapi mencoba bunuh diri. Atau artis yang sudah sangat popular berbuat tidak senonoh terhadap orang lain. Atau juga pejabat yang hidupnya serba berkecukupan materi masih merasa miskin sehingga melakukan korupsi.

Dengan konsep berpikir positif yang selama ini kita pahami, seseorang yang ingin kaya harus memperbesar keinginannya untuk kaya. Tanpa menyadari jurang yang terjadi antara pikiran “ingin kaya” dan persaan “miskin” yang semakin melebar. Konsep ini mengabaikan pentingnya memperhatikan persaan pada saat kita berpikir.

SOFTWARE INCOMPATIBILITY ISSUE

Dalam istilah computer, masalah ini dikategorikan sebagai Software Incompatibility Issue, yaitu terganggunya kinerja computer yang disebabkan oleh software yang tidak cocok satu sama lain. Di mana ketika hal itu dipaksakan maka computer akan mengalami crash atau terjadi kondisi hang tidak bisa beroperasi.

Dalam hal berpikir positif, ini disebabkan oleh adanya dua jenis pikiran yang saling bertentangan dan dipaksakan untuk berjalan. Ketika seseorang berpikir (dengan sadar) “saya ingin sukses” sesungguhnya di dalam hati (bawah sadar) ia sedang mengatakan bahawa “saya tidak sukses, (karena itu saya ingin sukses)”. Sehingga semakin kuat ia berteriak “saya ingin sukses” maka semakin kuat pula pikiran bawah sadarnya (ingat, dengan 88% kekuatan dahsyatnya) menjerit, “saya tidak sukses”

Oleh karena perasaan bawah sadar lebih kuat (88%) daripada kekuatan pikiran sadar (12%), setiap kali ada pertentangan, yang kuatlah yang menang. Lantaran doa yang terdiri dari pikiran dan perasaan selalu dikabulkan oleh Tuhan, jeritan hati bawah sadarnya itulah yang bakal terwujud. Ia tidak sukses. Karena memang itulah permintaan hatinya.

Berpikir positif ini pula yang ditanamkan oleh para motivator dalam program-program pengembangan diri. Bahwa untuk mencapai keinginan kita harus selalu berpikir positif. Padahal, pikiran kita (12%) hanyalah efek dari persaan kita (88%). Sebab, bagaimanapun kita berupaya membentuk pikiran agar positif, kalau perasaan kita masih negatif, pasti pikiran kita akan kembali negatif. Sebaliknya, keistimewaan ikhlas adalah kalu kita berhasil membuat persaan kita tenang dan positif maka otomatis kita hanya akan berpikir yang positif.

Riset menyebutkan manusia memliki 60.000 pikiran setiap hari. Bisa dibayangkan betapa sulit dan mustahilnya membuat semua pikiran itu positif.

Sekarang, mari kita rangkum mengapa kita perlu berhati-hati menerapkan strategi “berpkir positif”
Pertama, karena sifat kegiatannya yang abstrak, banyak yang tidak menyadari bahwa pikiran negatif dilahirkan dari perasaan negatif yang lebih berupa vibrasi energi, bukan dari pikiran. Sehingga walaupun seperti ada manfaatnya, positive thingking sebenarnya merupakan resep yang keliru untuk mengubah pikiran negatif jadi positif.
Kedua, karena penyebab timbulnya pikiran negatif adalah suatu perasaan di dalam hati (bawah sadar), maka segala usaha untuk menanamkan pikiran positif yang tidak dilakukan di hati menjadi tidak tepat sasaran. Dan betapapun mulai niat seseorang untuk berubah menjadi lebih baik, prosesnya sangat sulit dan hasilnya akan mengecewakan.
Ketiga, ketika kita melakukan usaha untuk berpikir positif, kita secara tidak sadar “memusuhi, membenci, dan tika menyukai” bagian dari diri kita sendiri (yang negatife). Seperti hukum alam dan pepatah kuno “Apa yang kita benci akan cenderung membesar, dan apa yang kita tekan akan menekan balik”, hal ini juga berlaku bagi pikiran kita. Bagian negatif diri kita akan semakin terlihat, dan kita akan semakin tidak menghargai diri kita sendiri.

Pikiran positif yang rasanya enak berarti positif
Pikiran positif yang rasanya tidak enak berarti negatif.


Quantum Ikhlas
Teknologi aktivasi kekuatan hati

The power of positive feeling
By: Erbe Sentanu


PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Bagi kawan-kawan yang pengen tahu lebih lanjut bisa kunjungi link aslinya di www.quantumikhlas.com